Senin, 15 Agustus 2011

Kisah Sang Demonstran (2)


Hasanuddin HM, Pahlawan Ampera Banjarmasin

“Ulun umpat demo, biar harga baras dan gula turunan”

Banjarmasin, Pebruari 1966

          SEHARI sebelum demo digelar, Hasanuddin Bin Haji Madjedi, begitu gembira mendengar senior-seniornya seperti Mas Abi Karsa, Gusti Rusdi Effendi, Yusriansyah Aziz, Djok Mentaya dan lainnya akan bertolak menggelar demonstrasi.
        Di rumahnya di Jalan Batu Piring, nomor 21 Banjarmasin, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unlam tingkat persiapan ini, meminta izin kepada sang ayah Haji Madjedi, seorang pegawai kantor gubernur.   
        “Bah…hari ini ulun handak umpat demo. Mun sudah demo ni bah…harga baras wan gula turunan,” kata Hasanuddin HM, kutip kakaknya Hj. Siti Rubiah. Entah membuang perangai atau saking semangatnya, sebelum turun dari rumah berkali-kali Asan –biasa dipanggil—bercermin dan membenarkan sisiran rambutnya.
        Selesai urusan bercermin, Asan pun siap berangkat dengan mengenakan baju baru warna krim muda hasil pemberian kakaknya Hj. Siti Rubiah. “Aku ingat banar, waktu itu kain tetoron masih langka di Banjarmasin. Jadi Asan kubuatkan baju hanyar dan dipakainya waktu handak demo,” jelasnya.  
        Setelah merasa mantap, pemuda kelahiran Desember 1945 siap berangkat. Lagi-lagi sang kakak merasa ada firasat kurang baik menjelang keberangkatannya. Ketika ingin menaiki sepeda ontelnya, tiba-tiba per (pegas) dudukan sadel sepedanya patah.
        “Asan bebulik ke dalam rumah, bepada wan Abah mun per dudukan sepedanya patah. Tapi abah menyahuti, kira-kira sudah jabuk  jua kalo nak. Kena ai diganti,” kisah Siti Rubiah.  
        Putra pasangan H. Madjedi dan Hj. Sahrul Bariah ini, akhirnya berangkat juga menuju Kampus Unlam di Jalan Lambung Mangkurat (sekarang Kantor Bank Mandiri) bersama kakaknya yang lain. Sebelum bergabung bersama ribuan mahasiswa lainnya untuk menggelar aksi demonstrasi. (*)

(Disarikan dari Liputan Program Dokumenter Pian Tahulah di Duta TV Banjarmasin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar